Premi Prudential Tumbuh 87,6 Persen

Saturday, September 22, 2007 0 comments

Premi Prudential Tumbuh 87,6 Persen

JAKARTA, KOMPAS — PT Prudential Life Assurance, (Prudential Indonesia) mencatat perolehan premi senilai Rp 2,09 triliun selama semester 1-2007. Angka tersebut tumbuh 87,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Demikian basil laporan keuangan belum diaudit yang diterima Kompas, Senin (17/9) di Jakarta. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pendapatan premi yang berasal dari unit link atau produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi.
Pencapaian itu membuat anak usaha Prudential Plc Inggris menjadi yang terbesar di Indonesia dari segi pendapatan premi bisnis baru unit link dengan pangsa 33,81 persen. Adapun total pendapatan investasi Prudential Indonesia mencapai Rp 632,66 miliar. Angka ini meningkat 110,76 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Perolehan ini tak terlepas dari kemampuan mengelola investasi dan menganalisis risiko yang dijamin. Buktinya, klaim hanya tumbuh 20,8 persen, dari Rp 370,47 miliar pada Juni 2006 menjadi Rp 447,44 miliar pada Juni 2007. Untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan pasar asuransi konvensional, Prudential Indonesia pun meluncurkan produk unit link syariah, yakni produk yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
"Kami sangat serius memasuki pasar asuransi jiwa syariah. Ini antara lain dibuktikan dengan riset yang cukup mendalam terhadap pasar syariah. Kami juga menyiapkan modal awal pembentukan cabang syariah sebesar Rp 37 miliar," kata Presiders Direktur Prudential Indonesia Kevin Holmgren.
Manajemen juga telah membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) Prudential Indonesia. Adiwarman 'A Karim, pakar keuangan syariah yang juga salah satu. anggota DPS Prudential Indonesia, mengatakan, semakin banyak asuransi konvensional yang membuka cabang, syariah.
Hal ini merupakan strategi mengantisipasi kebutuhan 'pasar asuransi syariah yang meningkat. Sampai saat ini, terdapat sekitar 40 perusahaan yang menjual asuransi syariah.
"pada akhir 2008, diperkirakan pendapatan premi asuransi syariah bisa mencapai Rp 1 triliun," tutur Adiwarman. (FAJ)

Read full post >>

Asuransi dan Teknologi Bisa Tingkatkan Akses

0 comments

PELAYANAN KESEHATAN

Asuransi dan Teknologi Bisa Tingkatkan Akses

Setiap tdhun diperkirakan sekitar 27 juta penduduk di Asia Selatan dan Timer meninggal dunia. Selain disebabkan penyakit menular, kematian akibat penyakit kronik, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan pernapasan, diabetes, serta kanker, meningkat pesat.
Oleh ATIKA WAL UJANI MOEDJIONO
Sebagian besar kematian itu terjadi akibat ketidakmampuan penduduk mengakses pelayanan kesehatan, baik karena tidak tersedia dalam jangkauan masyarakat maupun ketiadaan biaya.
Masalah itu dibahas dalam ASEAN Symposium on Access to Healthcare awal pekan lalu di Kuala Lumpur, Malaysia. Simposium selama dua hari hasil kerja sama Philips dan Business Week itu mengundang pembicara dari institusi pelayanan ke¬sehatan, akademisi, bisnis, industri farmasi, dan media.
Akses terhadap pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia yang mendasar, demikian Presiders dan CEO Royal Philips Electronics Gerard Kleisterlee. "Kita tidak bisa menerima jutaan orang meninggal tiap tahun karena akses terhadap pelayanan kesehatan terhambat. Kita harus meningkatkan upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang layak bagi semua orang di dunia," ujarnya.
Kleisterlee menekankan, akses bagi semua orang terhadap pelayanan kesehatan berkualitas bukan hanya tujuan etik, melainkan prasyarat bagi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, semua pihak perlu bekerja sama untuk memungkinkan hal itu.
Akibat perubahan gaga hidup dan pola makan, penyakit kronik meningkat pesat. Di seluruh dunia, kecuali di Afrika, lebih banyak orang meninggal karena penyakit kronik (seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan diabetes) daripada penyakit menular (seperti malaria, tuberku¬losis, atau HIV/AIDS).
Dunia juga menghadapi kekurangan tenaga kesehatan. Tidak cukup banyak dokter dan perawat untuk menangani pening
katan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. Di sisi lain, akibat tingginya frekuensi perjalanan internasional dan perdagangan, kita dihadapkan pada ancaman pandemi, seperti SARS maupun flu burung.
Tidak terjangkau
Bagi penduduk negara berkembang, pelayanan kesehatan Bering kali tidak terjangkau. Infrastruktur kesehatan, seperti dokter, klinik, atau rumah sakit, terlalu jauh atau sulit dijangkau akibat kondisi geografi di pedesaan. Sementara di perkotaan terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap, tetapi tidak semua penduduk mampu mengakses karena tidak cukup uang dan tidak terlindungi asuransi.
Membuat pelayanan kesehatan terjangkau bagi pasien di daerah terpencil merupakan tugas penting. Tidak bisa diterima jika ada ribuan orang meninggal tiap minggu akibat penyakit yang dapat dengan mudah didiagnosis
dan diobati.
Bagi Nft "Ouk pedesaan atau daerah terpencil memang tidak bisa dibuat sistem pelayanan kesehatan yang superlengkap seperti di kota. Namun, pelayanan kesehatan bisa ditingkatkan lewat manajemen pasien daerah terpencil.
Sebagai gambaran, demikian Kleisterlee, awal tahun ini Philips memperkenalkan Easy Web Healthcare System di Filipina. Sistem berbasis internet ini memungkinkan diagnosis pasien penyakit jantung di daerah terpencil secara online oleh dokter ahli yang berada di Philippine Heart Centre Manila. Fasilitas itu memungkinkan ribuan pasien gangguan jantung di pelbagai provinsi di Filipina yang berada jauh dari rumah sakit rujukan didiagnosis dan ditangani lebih baik sehingga kualitas hidupnya meningkat.
Di India, Philips membuat proyek percontohan teleklinik berjalan, berupa mobil van yang dilengkapi peralatan diagnostik dan dihubungkan lewat satelit ke rumah sakit terdekat. Van ini dijalankan oleh seorang perawat terlatih yang memeriksa orang-orang yang sakit dan mengonsultasikan ke dokter ahli. Jika,ada pasien yang memerlukan perawatan, barn dirujuk ke rumah sakit. Hal ini lebih efisien diban&ingkan dengan pa¬sien harus pergi ke rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal¬nya, padahal belum tentu harus dirawat inap.
Di perkotaan, sistem berbasis internet ini bisa digunakan untuk memantau kondisi pasien setelah rawat inap. Sistem ini juga bisa dimanfaatkan untuk pelatihan dan pendidikan berkelanjutan jarak jauh bagi tena¬ga kesehatan.
Masalahnya, bisakah kita meningkatkan pasokan listrik dan ketersediaan bandwith untuk ak¬ses internet sehingga memungkinkan pelayanan kesehatan bagi pasien di daerah terpencil? Dapatkah kita melatih tenaga kesehatan dalam jumlah cukup untuk memanfaatkan secara maksimal infrastruktur ini? Da¬patkah kita membangun teknologi yang tepat dengan harga. terjangkau? Dapatkah kita me¬nemukan model usaha dan de¬sain sistem pelayanan kesehatan yang tepat bagi manajemen pa¬sien daerah terpencil?
Hal itu pada akhirnya sangat bergantung pada komitmen para pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. ,serta kemampuan berpikir untuk membuat terobosan.
Tanggung jawab pemerintah
Pelayanan kesehatan merupakan sektor di mana pemerintah memiliki tanggung jawab besar. Karena itu, kebijakan pemerin¬tah menjadi sangat penting.
Seberapa besar pemerintah berkomitmen,mengalokasikan anggaran bagi pembangunan ke¬sehatan, upaya pemerintah mengatasi kekurangan tenaga dokter dan perawat, kiprah pe¬merintah dalam mengampanyekan gaya hidup dan pola makan yang sehat menjadi penting. Mi¬salnya, dalam hal rokok yang
berkontribusi meningkatkan tuberkulosis, kanker paru, dan penyakit kardiovaskular, pemerin¬tah perlu aktif mengurangi konsumsi rokok, baik lewat pajak,
kampanye publik, ataupun pembatasan merokok di tempat Umum.
Pencegahan merupakan hal penting di samping pelayanan. kesehatan. Organisasi Kesehatan. Dunia (WHO) memperkirakan. 1,2 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih untuk minuet. Akibatnya, jutaan orang meninggal karena di-are serta penyakit terkait air lainnya. Oleh karena itu, penyediaan air bersih harus menjadi prioritas.
Menyoroti institusi pelayanan kesehatan, President of Primary Care Doctors Organization Malaysia MollyCheah menyatakan, praktik pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang seharusnya dilakukan dokter umum kini juga dilakukan oleh dokter spesialis. Hal ini menyebabkan naiknya biaya kesehatan. Pemeriksaan laboratorium atau fisik dengan peralatan canggih kini se-ring dilakukan, padahal tidak selalu diperlukan.
"Dulu sebelum melakukan pemeriksaarr kami selalu mempertimbangkan apakah hal itu betul-betul akan membantu dokter membuat diagnosis akurat, apakah hasilnya akan membuat kondisi pasien lebih baik. Namun, sekarang dokter cenderung memerintahkan pelbagai pemeriksaan tanpa menimbang manfaatnya. Hal ini tentu menambah biaya yang harus dibayar pasien," tutur Cheah.
Dalam hal ini Direktur Valued Partners Malaysia Michael Chow berpendapat, banyak pihak yang berperan untuk mengawasi pelayanan. kesehatan. Yang utama tentu pemerintah, kemu¬dian perusahaan asuransi mau¬pun perusahaan tempat pasien bekerja, dan terakhir adalah pasien. Jika ada hal-hal menyimpang tentu ada pihak yang bertindak untuk mencegah hal itu berlanjut.
Menurut Wakil Presiders dan. Manajer Umum Philips Medical Systems Asia Pasifik Wayne Spittle, pelayanan kesehatan tidak sekadar industri. Semua upaya pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu bagi seluruh penduduk dunia.
Wilayah ASEAN sedang mengalami transisi demografi dan. epidemiologi. Peningkatan jumlah usia lanjut bersama dengan peningkatan angka kejadian penyakit kronik berdampak besar di bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Tingginya angka kejadiarl penyakit menular, jumlah penduduk di pedesaan, rendahnya belanja kesehatan dan melek huruf merupakan tantangan besar dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan. di ASEAN.
Upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan infrastruktur, termasuk menggunakan teknologi, mengembangkan keterampilan teknis tenaga kesehatan, memperbaiki sistem informasi, mempertahankan tenaga kesehatan agar tidak pergi ke luar negeri, meningkatkan kesadaran. penduduk duduk untuk mengubah gaya hidup dan pola makan menjadi lebih sehat, dan mengembangkan solusi pembiayaan pelayanan kesehatan atau sistem asuransi kesehatan yang melindungi seluruh penduduk.

Read full post >>

Mempersiapkan Dana Pendidikan

0 comments

Mempersiapkan Dana Pendidikan
Hampir seluruh negara di dunia berencana membu¬at pengeluaran pendidik¬annya minimum 20 persen dari anggarannya setiap tahun, wa¬laupun Indonesia akan menuju angka tersebut beberapa tahun mendatang.
Pendidikan saat ' ini sudah menjadi produk yang diperjual¬belikan karena tidak lagi menjadi kewajiban yang harus dipersiap¬kan pemerintah. Karena sudah menjadi komoditas yang diper¬jualbelikan, maka keluarga harus mempersiapkannya. Tulisan ini akan membahasnya.
Dana pendidikan adalah dana yang dipersiapkan seseorang atau keluarga dalam suatu periode ter¬tentu untuk membiayai pendi¬dikan pada suatu periode ter¬tentu. Biasanya dana pendidikan diambil dari gaji, bonus, atau re¬zeki tiba-tiba.
Untuk dapat mempersiapkan dana pendidikan, keluarga harus lebih dulu membuat perencanaan pendidikan. Pertanyaannya, be¬rapa besar biaya yang dibutuh¬kan, jenis pendidikan apa, Berta. kapan dimulai dan berapa lama jarak waktu dari sekarang?
Sekolah di perguruan tinggi di Jakarta, misalnya, rata-rata bu¬'tuh waktu 4-5 tahun. Untuk kon¬servatifnya direncanakan 5 ta¬hun. Biaya yang diperlukan yaitu biaya uang kuliah yang dibayar¬kan ke perguruan tinggi, biaya alat tulis dan buku, Berta biaya hidup dan transportasi.
Bila saat ini anak tersebut ma¬sih kelas III SD, maka secara normal anak tersebut akan ma¬suk perguruan tinggi sembilan tahun lagi. Biaya kuliah untuk perguruan tinggi sembilan tahun lagi harus dihitung dengan cer¬mat, termasuk menghitung in¬flasi selama sembilan tahun ter¬sebut.
Bila saat ini biaya uang kuliah di perguruan tinggi sekitar Rp 5 juta per semester dan uang pem¬bangunan pada awal masuk per¬guruan tinggi sekitar Rp 20 juta, maka uang kuliah yang diper¬siapkan harus dihitung cermat dengan memasukkan inflasi.
Bila inflasi diestimasikan se¬kitar 6 persen per tahun, maka. selama 9 tahun terjadi inflasi 54 persen. Akibatnya, dana biaya ku¬liah harus disediakan Rp 107,8 juta [(1,54 x (10 semester x Rp 5 juta ditambah 20 juta)]. Selan¬jutnya, biaya alat tulis dan bu¬ku-buku kuliah sekitar Rp 5 juta per semester, maka biaya selama kuliah 1,54 x 10 x Rp 5 juta = Rp 77 juta. Biaya hidup sekitar Rp 3,5 juta per bulan di masa men¬datang,' maka biaya yang diba¬tuhkan sebesar 5 x 12 x Rp 3,5 juta = Rp 210 juta. Total biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan tersebut sebesar Rp 394,8 juta sehingga dibulatkan sebesar Rp 400 juta.,

Persiapan
Untuk mempersiapkan dana Rp 400 juta tersebut dapat di
laki*an dengan beberapa alter¬natif, yaitu, pertama, menabung di rekening koran yang hasilnya kecil sekali karena adanya biaya administrasi. Oleh karena itu, ke¬luarga~ harus menabung sebesar Rp 3,7 juta per bulan [Rp 400 juta : (9 x 12)]. Dalam kasus ini, ke¬luarga hanya memasukkan dana ke tabungan atau rekening koran dan tidak pernah diambil.
Kedua, menabung dengan ada tingkat bunga dari dana yang di¬kumpulkan. Dalam, kasus ini di¬hitung berapa dana harus dita¬bung setiap bulannya supaya sembilan tahun lagi tersedia dana Rp 400 juta. Dalam nilai uang dapat dihitung dengan menen¬tukan tingkat bunga atau hasil investasi per tahun atau per bu¬laii. Bila hasil investasi sekitar 8 persen per tahun, maka keluarga harus menabung Rp 2,54 juta bila penyetoran tabungan pada akhir bulan dan Rp 2,524 juta bila penyetorannya awal bulan.
Kedua metode persiapan dana pendidikan ini berasumsi kita masih ada selama sembilan tahun tahap mengumpulkan dana ter¬sebut. Keluarga harus konsisten menyetor dana ke bank dengan bunga yang disebutkan sebelum¬nya. Bila bunga turun dari asumsi 8 persen yang dibuat, maka hasil Rp 400 juta yang diinginkan tidak tercapai. Oleh , arena itu, kg
arga harus rittmbeli asur yang dapat menutup risiko masa mendatang dikarenakan tidak bi¬sa bekerja, meninggal, atau sebab lain.
Keluarga harus pergi ke per¬usahaan asuransi jiwa untuk membeli asuransi term-life atau asuransi whole-life. Keluarga da¬pat bertanya kepada ahli asuransi atau minta perencana keuangan keluarga untuk mempertemukan dan menanyakan besaran yang dibayarkan untuk asuransi ini.
Ketiga, menabung dan seka¬ligus asuransi pendidikan sesuai permintaan. Untuk kasus ini ke

luarga bisa mendatangi perusa¬haan asuransi yang sudah dikenal dan dapat dipercaya. Keluarga juga harus pintar memilih supaya pengeluaran sekecil mungkin, tetapi hasil sesuai keinginan.
Keempat, membeli properti sa¬at ini dan menjiialnya pada saat anak akan masuk perguruan ting¬gi. Dalam kasus ini, keluarga su¬dah harus tabu persis harga rumah saat dijual sama dengan nilai yang diinginkan sebesar Rp 400 juta. Bila keluarga tidak me¬mahami seluk-beluk properti, maka keluarga dapat menghu¬bungi ahli properti yang sesuai dengan keinginan keluarga. Ka-sus ini juga memberi masukan kepada keluarga untuk menga¬nalisis properti bersangkutan se-lama sembilan tahun. Sejarah properti masa lalu belum tentu dapat dipergunakan untuk masa mendatang. Saat ini hasil dari properti sekitar 10 persen per tahun.
Kelima, investasi pada saham yang berisiko tinggi dan kemung¬kinan hasilnya dapat dicapai. Na¬mun, tidak sate pun ahli bisa memastikan dana yang diinves¬tasikan pada saham dapat mem¬beri nilai sesuai keinginan. Hal ini bisa investor sendiri yang me¬mainkan dananya di saham dan selalu konsisten dan persisten. Untuk kasus ini keluarga harus menghitung cermat agar dana yang diinginkan tercapai dan an,ak bisa sekolah di perguruan tinggi.
Keenam, menyimpan dana Rp 400 juta saat ini dan dimasukkan pada rekening koran atau de¬posito. Bila terjadi perubahan in¬flasi dan tingkat bunga, maka tidak menjadi persoalan karena dana sudah tersedia dan anak pasti bisa dibiayai di perguruan tinggi.
Dalam mempersiapkan dana pendidikan ini, keluarga harus memperhitungkan dana yang di
.. . I
in inflasi yang diperm¬,SeDesar asumsi yang drf a . asumsi tidak tepat, mat 'ka. perhitungan yang dilakukan tidak akan-,.tercapai. Oleh karena itu, dalam perencanaan keluarga dapat berkonsultasi kepada pe¬rencana keuangan, tetapi harus yang memahami investasi karena kunci perencanaan keuangan ter¬letak pada investasi. Selamat mempersiapkan dana pendidikan untuk anak-anak kita.

Read full post >>

Deposito Asuransi Akan Diberi Bobot Risiko

0 comments

INVESTAS1
Deposito Asuransi Akan
Diberi Bobot Risiko
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengawas Pasar Modal dan Lem¬baga Keuangan atau Bape¬pam-LK akan mengatur kembali risiko investasi asuransi yang di¬tempatkan pada deposito. Selain itu, modal disetor perusahaan asuransi juga akan dinaikkan menjadi Rp 100 miliar.
"Selama ini, risiko penempatan dana asuransi pada deposito di¬beri bobot nol persen. Artinya tidak berisiko karena ada prog¬ram penjaminan pemerintah. Se¬karang, penjaminan hanya untuk simpanan maksimal Rp 100 juta sehingga deposito di atas jumlah itu tidak dijamin lagi dan berarti ada risikonya," ujar Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata di Jakarta, Rabu
(12/9).
'Perubahan pembobotan risiko ini akan memengaruhi tingkat risiko modal (risk based capital/ RBQ. Isa menambahkan, pem¬bobotan risiko juga akan dilihat dari bank mana deposito tersebut ditempatkan. Semakin rendah peringkat bank tersebut, risiko dianggap menjadi semakin besar sehingga angka pembobotannya juga semakin besar.
Penempatan investasi asuransi pada deposito tahun 2006 me¬nempati porsi 32 persen atau Rp 49,1 triliun, sementara pada ta¬hun 2005 sebesar 34 persen atau Rp 41,3 triliun.
Selain mengatur kembali pem¬bobotan risiko pada deposito, Ba¬pepam-LK juga akan mengelom¬pokkan risiko pada piutang pre-mi. Perusahaan asuransi memi¬liki piutang premi dengan jangka waktu beragam.
"Kami sOdang mengumpulkan masukan-masukan dari industri untuk membuat kelas-kelas ri¬siko tagihan premi menurut jatuh temponya," kata Isa.
Ketua Umum Asosiasi Asuran¬si Jiwa Indonesia (AAJI) Evelina
Pietruschka mengatakan belum mengetahui sama sekali tentang aturan baru tersebut.
Bahkan, kata dia, AAJI tidak pernah diajak berdiskusi menge¬nai masalah tersebut oleh pe¬merintah.
Tambah modal
Isa mengatakan, perusahaan asuransi yang beroperasi dan be¬lum memiliki modal minimal se¬besar Rp 100 juta juga harus menaikkan modalnya.
"Modal perusahaan baru harus Rp 100 miliar. Perusahaan yang sudah eksis akan diminta secara bertahap menambah modalnya hingga sama dengan perusahaan bare," tutur Isa.
Dia tidak mengatakan kapan aturan ini akan berlaku karena menurut dia aturan ini akan di¬cantumkan pada undang-undang atau peraturan pemerintah yang memerlukan waktu lama untuk membuatnya.
Industri asuransi jiwa nasional kembali mencatat pertumbuhan tinggi pada triwulan II-2007. To¬tal pendapatan premi asuransi jiwa pada periode ini mencapai Rp 18,27 triliun atau tumbuh se¬besar 66 persen dibandingkan pe¬riode yang sama tahun 2006 se¬nilai Rp 11,01 triliun.
Direktur Eksekutif AAJI Eddy KA Berutu mengatakan, dari total pendapatan premi itu, Rp 11,87 triliun merupakan pendapatan premi produksi baru. Angka ini tumbuh 85 persen dibandingkan periode yang sama. tahun 2006 yang mencapai Rp 6,418 triliun.
Menurut Eddy, pertumbuhan yang signifikan tersebut tak ter¬lepas dari membaiknya kondisi perekonomian nasional, mening¬katnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi ji¬wa, dan berkembangnya inovasi produk dan jalur distribusi asu¬ransi. (JOE/FAJ)

Read full post >>

Pilih "Unit Link" atau Reksa Dana?

0 comments

KOMPAS, 9 SEPTEMBER 2007
INVESTASI & KEUANGAN
Pilih "Unit Link" atau Reksa Dana?
Dalam perencanaan keu¬angan, penghasilan sese¬orang sejatinya dialokasi¬kan pada tiga hal utama, yakni konsumsi, tabungan, dan inves¬tasi plus proteksi.
Alokasi konsumsi digunakan membiayai kebutuhan sandang, pangan, dan papan.' Sementara, alokasi untuk tabungan untuk da¬na berjaga-jaga. Sedangkan in¬vestasi adalah tindakan menum¬buhkembangkan aset. Terakhir, setiap orang juga selayaknya me¬magari risiko dengan asuransi.
Permasalahannya, produk in¬vestasi dan asuransi terus ber¬kembang, sejalan dengan sema¬kin canggihnya keinginan peng¬guna produk. Termasuk adanya produk gabungan dari berbagai jenis investasi dan asuransi. Ada yang disebut reksa dana dengan bermacam tipe, ada tabungan plus asuransi, ada asuransi plus investasi, dan bahkan tidak se¬dikit yang merancang gabungan produk, seperti unit link.
Belakangan malah cukup ba¬nyak produk keuangan yang "ka¬win silang". Semua itu membuat khazanah produk investasi ke¬uangan semakin menarik, tetapi juga bisa lebih membingungkan. Produk yang relatif mirip, mi¬salnya, antara reksa dana dengan unit link, bagaimana membeda¬kan antara keduanya? Apa saja plus-minusnya? Paparan berikut ini akan mengulas hal tersebut.
Jenis investasi
Reksa dana pada dasarnya ada¬lah sekeranjang produk investasi keuangan, seperti saham, obli¬gasi, surat berharga pasar uang, dan lain sebagainya. Ini yang membedakan dengan misalnya, Anda membeli satu jenis saham atau obligasi atau juga produk investasi lainnya. Di reksa dana, isi keranjang investasinya bisa macam-macam. Ada yang disebut dengan reksa dana saham yang terdiri atas bermacam jenis sa¬ham. Ada pula reksa dana ber¬pendapatan tetap yang bermu¬atan obligasi, dan reksa dana campuran maupun reksa dana pasar uang.
Bedanya dengan investasi langsung di saham ataupun ob¬ligasi adalah reksa dana dikelola manajer investasi di mana isi ke¬ranjang investasinya ditentukan oleh mereka. Dengan kata lain, manajer investasi sudah lebih dulu Vmembeli bermacam produk investasi, lalu produk investasi itu dipecah-pecah dan dimasukkan ke dalam bermacam keranjang yang disebut sebagai reksa dana, baru kemudian dijual kepada in¬vestor.
Apa manfaatnya bagi investor? Jelas risikonya bisa lebih rendah dibandingkan, misalnya, hanya membeli satu jenis saham atau satu jenis obligasi. Alasannya, di dalam keranjang tersebut sudah bercampur berbagai jenis saham atau surat berharga lain yang risikonya bisa saling menghilang¬kan/offset.
Sementara itu, unit link ha¬kikatnya adalah produk asuransi 'jiwa yang digandengkan dengan investasi. Jadi, kalau Anda mem¬bayar premi asuransi, maka se¬bagian premi itu diinvestasikan di berbagai surat berharga yang ke¬rap disebut juga sebagai unit pe¬nyertaan. Pengelolaan dana in¬vestasi dilakukan terpisah, yakni fund manager. Jadi, hanya dana pertanggungan asuransi yang di¬kelola sendiri oleh perusahaan asuransi.
Hal di ataslah yang membe¬dakan unit link dengan produk asuransi plus investasi, yang juga dikenal dengan istilah asuransi dwiguna. Pada produk ini, semua premi dikelola sendiri perusaha¬an asuransi, termasuk investa¬sinya.

Lalu di mana beda antara unit link dengan produk asuransi dwi¬guna?

Prinsipnya sama, yakni asu¬ransi plus investasi, tetapi pe¬ngelolanya berbeda. Umumnya, hasil perkembangan dana inves¬tasi dalam unit link lebih mudah dimonitor karena pergerakan ni¬lainya dapat dilihat dari waktu ke waktu secara transparan.
Lantas di mana beda signifikan kedua produk tersebut? Pada rek¬sa dana, semua dana Anda sejak awal sudah diinvestasikan dalam produk tersebut. Dengan kata la¬in, Anda menempatkan dana se¬cara sekaligus ketika Anda mem¬beli reksa dana. Jadi, katakanlah, Anda membeli reksa dana A se¬jumlah Rp 100 juta, maka Anda sudah mengeluarkan dana inves¬tasi Rp 100 juta.
Pada unit link yang diinves¬tasikan adalah premi Anda yang notebene Anda bayar bertahap. Katakanlah Anda membeli unit link dengan nilai uang pertang¬gungan Rp 500 juta, lalu ka¬takanlah premi yang Anda bayar Rp 5 juta per bulan. Sekian per¬sen dari Rp 5 juta itulah yang akan diinvestasikan dalam ber¬bagai produk investasi oleh per¬usahaan investasi yang bekerja sama dengan perusahaan asuran¬si. Ringkasnya, pada reksa dana, investasi dilakukan sekaligus, pa¬da unit link investasi dilakukan bertahap.
Tergantung tujuan
Pertanyaannya, mana yang lebih baik? Bergantung pada tujuan Anda. Jika saat ini Anda sudah memiliki proteksi stand alone, maka menginvestasikan sebagian uang Anda secara langsung pada reksa dana bisa menjadi pilihan. Dengan catatan, Anda memiliki sejumlah uang tertentu.
Jika Anda ingin memiliki perangkat proteksi sekaligus se¬bagai investasi dan kebetulan be¬lum memilM uang yang cukup besar, unit link boleh menjadi pilihan. Atau jika Anda memiliki jumlah uang cukup besar untuk diinvestasikan secara langsung ke reksa dana dan Anda juga telah memiliki produk asuransi secara stand alone, maka untuk menam¬bah investasi asuransi stand alone dapat diubah menjadi unit link. Intinya, baik reksa dana maupun unit link sebenarnya sama-sama balk. Masalahnya, bagaimana me¬milih reksa dana dan unit link secara. tepat.
Seperti dipaparkan di atas, pe¬ngelolaan reksa dana maupun unit link-untuk aspek investa¬sinya-dikelola fund manager. Ja¬di, keberhasilan dalam investasi di kedua produk tersebut sebe¬narnya sangat bergantung pada seberapa piawai fund manager memilih produk investasinya.
Dengan kata lain, Anda harus meneliti lebih dulu rekam jejak lembaga yang menerbitkan pro¬duk reksa dana maupun unit link dimaksud. Setelah itu, baru me¬neliti apa saja jenis produk in¬vestasi yang dibeli.
Jadi, jangan langsung tergiur janji manis. Ini seperti kata pe¬patah "teliti sebelum membeli" atau juga "menyesal kemudian tidak berguna".
Pertanyaan dapat diajukan kepada pe¬nulis melalui kompas@kompas.com

ELVYN G MASASSYA/ PRAKTISI KEUANGAN

Read full post >>

Asuransi Syariah Perlu Dukungan Infrastruktur

0 comments

KOMPAS 7 SEPTEMBER 2007
PERLINDUNGAN
Asuransi Syariah Perlu Dukungan Infrastruktur

JAKARTA, KOMPAS — Per¬kembangan asuransi syariah ma¬sih sangat lamban, antara lain disebabkan kurangnya infra¬struktur seperti aturan dan ke¬lembagaan yang . khusus me¬nangani asuransi syariah.
Selain itu, pengetahuan agen asuransi juga masih sangat se¬dikit sehingga produk syariah ti¬dak mudah dijual.
"Perbankan syariah lebih ber¬kembang karena Bank Indonesia lebih sistematis infrastrukturnya. BI membentuk direktorat syariah tersendiri," konsultan sya¬riah dan Sekjen Masyarakat Eko¬nomi Syariah Syakir Sula di Ja¬karta, Kamis (6/9).
Perkembangan asuransi syari¬ah, menurut Syakir, dapat lebih - cepat jika Departemen Keuangan juga membentuk direktorat khu¬sus yang menangani asuransi sya¬riah, seperti perbankan syariah.
"Perhatian pemerintah tam¬paknya kurang, padahal perlu ada dukungan seperti pembentukan lembaga keuangan syariah," ka¬tanya lagi.
Perundangan yang ada saat ini juga dianggap belum dapat me¬menuhi kebutuhan asuransi sya¬riah. "Pemerintah perlu turun tangan, persoalan ini bukan se¬mata-mata persoalan industri sa¬ja," ujar Syakir lagi. .
Pengetahuan agen asuransi mengenai produk-produk syariah juga masih kurang. "Pada be¬berapa perusahaan asuransi be¬sar, pengetahuan para agen me¬ngenai produk sebenarnya sudah bagus. Tetapi begitu menjual asu¬ransi syariah, mereka juga harus mengerti dalil-dalil yang men¬dasari produk tersebut. Selain itu, produk asuransi syariah sebenar¬nya dapat dijual kepada siapa saja, tidak hanya kepada umat Muslim saja," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Andreas Tanajaya dari Kresna Se¬kuritas menjelaskan, dalam me¬ngelola asuransi syariah, dana masyarakat yang terkumpul akan ditempatkan pada produk-pro¬duk investasi yang sejalan dengan prinsip syariah.
"Misalnya, unitlink yang di¬tempatkan pada reksa dana sya¬riah. Perbedaan dengan reksa da¬na konvensional, seluruh dana kelolaan pada reksa dana syariah dibelikan aset yang berdasarkan prinsip syariah juga seperti ob¬ligasi syariah dan saham yang perusahaannya sejalan dengan prinsip syariah," kata Andreas.
Di Bursa Efek Jakarta saat ini sudah ada indeks syariah yang memuat saham perusahaan yang usahanya sejalan dengan prinsip syariah. Sedangkan saham per¬bankan tidak termasuk dalam in
deks ini. (JOE)
PANGSA PASAR '.
(per Desember 2006)
* Asuransi Jiwa 0,9 persen. Asuransi Umum 1,4 persen.
+ Total aset sebesar Rp 1 triliun.
Perkiraan total premi syariah dunia 1,7 miliar dollar AS hingga 2,3 miliar dollar AS.
Perkiraan pada 2015 total premi syariah dunia menjadi 7,4 miliar hingga 14 miliar dollar AS. Se¬kitar 27 persen aset tersebut berada di AS dan Eropa.
Sumber: Masyarakat Ekonomi Syariah

Read full post >>

Manajemen Risiko Rumah Tangga

0 comments

Menurut Kountur (2004) manajemen risiko (MR) adalah “cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko”. Risiko terdapat dimana saja, tidak hanya di perusahaan, rumah tangga juga mengandung unsur risiko.
Secara umum risiko diartikan “sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang negatif” (kountur, 2004). Risiko rumah tangga adalah ketidakpastian karena kurangnya atau ketidak pastian informasi yang menyangkut keharmonisan rumah tangga.

Read full post >>

PERLUKAH MENGAMBIL ASURANSI

0 comments

Dikutip dari Kompas.com
Saya seorang bapak dengan 2 orang anak yang masih kecil, dan istri saya sama sekali tidak bekerja. Tahun lalu saya sakit berat sampai harus dirawat inap selama 2 minggu di RS. Untung saja perusahaan mengganti hampir 80% dari total biaya rawat inap, dokter dan obat-obatan. Sejak kejadian tersebut saya baru menyadari betapa lemahnya kondisi keuangan keluarga saya jika saya sakit atau bahkan meninggal. Apakah saya dan istri saya harus mengambil Asuransi Jiwa untuk mengatasi keadaan tersebut ? Perlukah mengambil Asuransi Kesehatan lagi untuk saya ?


Jawab:
Sebagai satu-atunya sumber penghasilan keluarga saat ini, maka secara keuangan keluarga Anda sangat bergantung kepada Anda. Karena itu jika terjadi risiko kematian pada Anda, atau bila Anda mengalami sakit atau cacat secara permanen sehingga tidak bisa bekerja lagi, maka otomatis keluarga Anda akan kehilangan sumber penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Karena itu, mungkin ada baiknya bila Anda men-transfer akibat dari risiko tersebut kepada perusahaan asuransi dengan perincian sebagai berikut:
1. Ambillah Asuransi Jiwa atas nama Anda dengan istri Anda sebagai ahli warisnya. Pilihlah Asuransi Jiwa dengan UP (Uang Pertanggungan) yang besarnya cukup untuk membayar Biaya Hidup keluarga Anda sepeninggal Anda. Jadi jika Anda meninggal dunia, istri Anda dapat mengklaim uang pertanggungan tersebut, untuk lalu ia masukkan ke dalam produk investasi seperti tabungan atau deposito sehingga diharapkan bunganya dapat membiayai kebutuhan hidup keluarga Anda dalam jangka waktu yang cukup lama, seperti - misalnya - 5 atau 10 tahun. Sedangkan untuk istri Anda, bila ia mengalami kematian maka keluarga Anda mungkin tidak akan mengalami kerugian secara keuangan. Karena itu, saya rasa Anda mungkin tidak perlu mengambil Asuransi Jiwa untuknya.
2. Untuk Asuransi Kesehatan yang mengganti biaya rawat inap, biaya dokter, obat-obatan dan lain-lain mungkin tidak perlu Anda ambil karena perusahaan Anda toh sudah mengganti semua biaya tersebut (kecuali kalau Anda merasa bahwa penggantian sebesar 80% masih tidak cukup). Tetapi jika keluarga Anda tidak ikut ditanggung oleh perusahaan tempat Anda bekerja, maka mungkin ada baiknya bila Anda mengambil Asuransi Kesehatan, Asuransi Penyakit Kritis dan Asuransi Kecelakaan atas nama istri dan anak Anda untuk mengantisipasi biaya- biaya yang terjadi akibat dari adanya risiko-risiko tersebut
Konfirmasi : ssrekan@perencanakeuangan.com
Cari artikelnya di :
http://www.kompas.com/business/consultation/safir/artikel/09/2709012.htm

Read full post >>