Tuesday, June 12, 2007 0 comments

Pasar Unit Link Makin Menggairahkan

Kamis, 05 Oktober 2006

Oleh : Eva Martha Rahayu (www.swa.co.id)

Sejumlah perusahaan asuransi jiwa mengaku lebih dari 90% pendapatan premi berasal dari unit link. Nilai bisnisnya kini mencapai sekitar Rp 6 triliun. Produk unit link apa saja yang laris? Perusahaan asuransi mana yang paling sukses memasarkan produk ini?

Belakangan unit link menjadi primadona penjualan produk asuransi. Pesonanya mampu mengalahkan produk asuransi tradisional. Maklumlah, unit link bernilai ganda: investasi sekaligus proteksi. Produk ini fleksibel karena memberikan kebebasan nasabah untuk menentukan sendiri kebutuhan investasinya plus proteksi yang dituju. Tak heranlah, produk ini diserbu investor dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 6 triliun lebih.

Maraknya pasar unit link bisa ditunjukkan dari data yang dikeluarkan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Pada 2004 total penjualan unit link mencapai Rp 3,3 triliun. Tahun 2005 naik menjadi Rp 6,07 triliun, dan akhir 2006 diprediksi lebih besar lagi. Maklumlah, tahun 1998 – awal unit link dilempar ke pasar – baru ada tiga pemain; sekarang terdapat 22 perusahaan asuransi jiwa yang menerbitkan instrumen ini.

Perusahaan asuransi jiwa yang menjual unit link, di antaranya AIG Life, Prudential Life Assurance, Manulife Indonesia, Sun Life Financial Indonesia, Allianz Life Indonesia, Sequis Life, Jiwasraya, MAA Life, AIA Indonesia, Astra CMG Life, dan Axa Mandiri Financial Services. Hingga akhir 2005, Prudential menduduki posisi teratas dalam penjualan produk unit link dengan nilai Rp 2,06 triliun; disusul Axa Life Indonesia Rp 866 miliar; Allianz Life Rp 472 miliar; Sun Life Rp 390 miliar; AIG Life Rp 355 miliar; Sequis Life Rp 350 miliar; BNI Life Rp 257 miliar; AIA Indonesia Rp 254 miliar; Manulife Rp 247 miliar; dan Panin Life Rp 209 miliar (lihat Tabel: 10 Besar Perusahaan Asuransi Jiwa Penjual Unit Link).

Menariknya, kontribusi penjualan unit link terhadap total pendapatan premi sangat signifikan. Menurut Ade Bungsu, Manajer Aktuaria Prudential, sejak produk unit link pertama diperkenalkan di Indonesia, Prudential merupakan pemimpin pasar. Hingga kuartal pertama 2006, produk unit link Prudential atau yang lebih dikenal dengan sebutan PruLink mampu menguasai 37,7% pangsa pasar. Sementara itu, selama semester pertama 2006, total pendapatan premi yang berhasil dibukukan Prudential lebih dari Rp 1,1 triliun. Adapun jumlah dana yang dikelola Rp 4,3 triliun lebih dengan jumlah nasabah sebanyak 234 ribu pelanggan. “Sejauh ini kontribusi unit link PruLink mencapai 90% terhadap total pendapatan premi,” papar Ade.

Lebih rinci Ade menguraikan, dari kelima jenis produk PruLink: Prulink Rupiah Equity Fund masih sebagai kontributor terbesar dengan pangsa pasar 16,6%; disusul PruLink Rupiah Managed Fund 9,5%; Rupiah Fixed Income Fund 8,7%; Rupiah Cash Fund 5,7%; dan PruLink US Dollar Managed Fund 4%.

Pada 2005 boleh dibilang sebagai tahun yang luar biasa bagi Prudential lantaran kinerja keuangannya kinclong. Total pendapatan premi yang dibukukan mencapai Rp 2,1 triliun atau naik 37% dibanding tahun sebelumnya. Seiring dengan itu, total dana yang dikelola mencapai Rp 3,9 triliun, tumbuh 45% dari tahun 2004. Rasio risk based capital 645%, jauh melampaui ketentuan minimum 120% yang ditetapkan Departemen Keuangan.

Kontribusi unit link terhadap total premi Sequis Life juga kurang-lebih 90%. Menurut Dini Indriani, Manajer Pemasaran Senior Sequis Life, dari tahun ke tahun pendapatan preminya meningkat. Sebagai gambaran, premi tahun 2003 senilai Rp 526,63 miliar; tahun 2004 Rp 696,27 miliar; dan tahun 2005 Rp 834,82 miliar. Tahun 2006? “Kalau bisa lebih baik, tapi paling tidak sama dengan tahun lalu. Soalnya tahun ini kondisi bisnis kurang mendukung akibat kenaikan harga BBM dan turunnya daya beli konsumen,” Dini menjelaskan.

Hal yang sama juga terjadi pada PT Astra CMG Life. “Dari Januari hingga September 2006, pemegang polis baru Astra CMG 9.600 polis, yang mana 90%-nya dari unit link,” ujar Ivonne P. Chandra, Direktur Penjualan & Pemasaran PT Astra CMG Life. Itulah sebabnya sampai akhir 2006 ditargetkan meraih 14 ribu pemegang polis baru. Tahun 2005 tercatat ada 12-13 ribu polis di mana 50% berasal dari unit link. Sementara itu, total premi unit link dari kuartal ketiga 2004 sampai sekarang mencapai Rp 200 miliar lebih.

MAA Life Assurance juga mengamini besarnya kontribusi unit link. Selama tiga bulan terakhir, perusahaan ini mampu membukukan premi sekitar Rp 24 miliar dan kontribusi unit link berkisar 80%. “Hingga akhir 2006 kami targetkan penjualan unit link menembus Rp 200 miliar atau tumbuh 300% dibanding tahun sebelumnya,” kata Henry Januar, Kepala Unit Rekrutmen & Edukasi MAA Life Insurance bernada optimistis.

Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) lebih konservatif dalam mengungkapkan besaran sumbangan unit link terhadap total premi. Meskipun begitu porsinya masih di atas 50%. “Tahun 2005 unit link Brilliance yang kami unggulkan menyumbang 63% dari total pendapatan premi dengan nilai penjualan Rp 389,97 miliar. Namun, kuartal kedua 2006 pendapatan premi baru dari unit link tumbuh 94% dibanding kuartal pertama 2006,” Barry S. Helpern, Presdir Sun Life, memaparkan. Adapun besarnya total premi Sun Life tahun 2005 sekitar Rp 613 miliar, sedangkan total premi baru mencapai Rp 444 miliar.

Sementara itu, Manulife sebagaimana diungkapkan Naresh Krishnan, Presdir PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengaku kontribusi unit link pada awalnya hanya 9%, lalu tumbuh pesat menjadi 47% pada 2005. Adapun besarnya premi baru Manulife untuk total produk pada 2004 senilai Rp 207,07 miliar; tahun 2005 Rp 144,57 miliar; dan hingga Agustus 2006 Rp 139,98 miliar.

Besarnya pendapatan premi yang dikantongi penerbit unit link tak bisa lepas dari produk-produk yang menjadi mesin uangnya. Sun Life umpamanya mengandalkan Brilliance sebagai produk unit link unggulan, yang meliputi empat macam produk: Brilliance Aggressive; Moderate; Conservative; dan USD Managed Fund. Total dana kelola Brilliance (Conservative, Moderate, Aggressive) hingga akhir Desember 2005 mencapai Rp 426,72 miliar; sedangkan total dana kelola USD Managed Fund sebesar US$ 840,40 ribu.

Menurut Naresh, produk unit link Manulife yang paling banyak terjual adalah Manulife Investa. Selama Desember 2005 hingga Agustus 2006 produk ini memiliki 7.111 total polis dengan total premi senilai Rp 34 miliar. “Produk ini diluncurkan 15 Juni 2005, sedangkan produk unit link perdana Manulife yang bernama ProInvest dipasarkan mulai tahun 1997,” ia menerangkan. Nilai investasi minimal Manulife Investa dari Rp 2 juta hingga Rp 50 juta.

MAA Life yang menjual unit link sejak 2001 menjagokan dua produknya, yakni: produk investasi MAAster Link; dan produk proteksi & investasi MAAster Life. Namun, per Mei 2006 produk ini dikemas ulang dan di-relaunching dengan label Maax Link dan Maax Life. Untuk Maax Life dipaketkan sesuai kebutuhan dengan lima tujuan masa depan yang diluncurkan pada September 2006. Kelima tujuan itu adalah pensiun, proteksi, pendidikan, tabungan, dan tujuan apa pun.

Karena unit link MAA Life membidik pasar menengah-bawah, pembayaran premi yang ditawarkan lebih terjangkau. “Premi bulanan kami mulai Rp 150 ribu. Yang menarik, jika nasabah mengubah jenis investasi pensiun, tanpa dikenakan biaya. Jadi, gratis perpindahan jenis dana tiga kali dalam setahun,” Henry menjelaskan.

Astra CMG pun memiliki dua unit link favorit: Investra Single dan Investra Premiere. Keduanya diluncurkan tahun 2004 dengan investasi awal minimum Rp 10 juta. “Investra Premiere adalah the best selling product karena menawarkan banyak fitur dan rider,” Ivonne menerangkan. Produk ini lebih masuk akal di kantong konsumen lantaran setoran premi tahunan tidak kelewat mahal, yakni Rp 3 juta atau bisa dibayar bulanan Rp 250 ribu.

Bagaimana kinerja return tiap unit link yang dijagokan para penerbitnya? Manajemen MAA Life mengklaim kinerja fund-nya tidak mengecewakan. Sebagai gambaran tahun lalu return mencapai 17,64% per tahun. Angka ini dinilainya terbaik ketiga dari semua produk unit link di Indonesia pada periode itu. “Untuk tahun ini, kinerja kami diprediksi lebih baik dibanding 2005,” ujar Henry. Ia menyarankan agar nasabah sabar menginvestasikan unit link hingga lima tahun untuk memetik return yang maksimum. Contohnya salah satu return fund unit link MAA Life sebesar 400% selama lima tahun atau rata-rata 80% per tahun.

Return unit link Sun Life pun lumayan. Contohnya: Brilliance Conservative sejak diluncurkan mencatat imbal hasil 23,12%; lalu Brilliance Moderate 100,37%; Brilliance Aggressive 167,35%; dan USD Managed Fund 6,57%. Kecuali USD Managed Fund yang diluncurkan Oktober 2004, ketiga rangkaian unit link Brilliance lain diperkenalkan sejak Juli 2002.

Bagi Dini, return unit link Sequis Life tidak bisa dipukul rata. Besar- kecilnya return tergantung pada jenis fund yang dipilih berdasarkan porsi alokasi investasinya. “Contohnya saya yang moderat menempatkan dana 30% di equity dan 70% di managed fund, akhirnya return yang didapat 25%-30% per tahun,” Dini mengungkapkan.

Prospek unit link diyakini pelaku industrinya lebih atraktif lagi di masa mendatang. “Berdasarkan data AAJI pertumbuhan unit link per tahun sekitar 30%. Ini artinya makin banyak orang yang sadar akan pentingnya investasi dibarengi asuransi,” ujar Ivonne. Opini ini diperkuat oleh Dini dengan tren investasi yang mendukung unit link. “Ke depan unit link makin bagus karena suku bunga turun dan pasar saham dalam kondisi oke pada empat tahun terakhir,” kata Dini.

Pengamat asuransi Hotbonar Sinaga mengungkapkan, potensi pasar unit link masih terbuka lebar. Bayangkan, dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, jumlah pemegang polis hanya mencapai 25-50 ribu orang atau sekitar 12%. Bahkan yang memiliki polis asuransi jiwa atas nama sendiri baru 2%. “Melihat besarnya peluang itu, agen penjual asuransinya pun membludak, dan sekarang berjumlah 90 ribu orang lebih. Tapi ingat, bertambahnya jumlah agen mesti diiringi dengan peningkatan kualitas SDM,” Hotbonar mengingatkan. Betul, jangan sampai industri unit link terpukul gara-gara mis-selling yang dilakukan oknum agen asuransi.

Reportase: Abraham Susanto, A. Mohammad B.S., Eddy Dwinanto Iskandar, Farida Nawang Nurini, Siti Ruslina, Wini Angraeni. Riset: Sarah Ratna. (swa)

0 comments: to “ so far...